[25 Jun] Baterai lithium dengan merk "Smart-UNS", saat ini belum memasuki
pasaran. Padahal, tim peneliti Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas
Maret (UNS) Solo yang mengembangkan baterei dengan material katoda
LiFePO4 tersebut, mengklaim lebih aman dan berumur pakai lebih panjang
dibanding baterei lithium lainnya.
Ketua Tim Peneliti Baterai Lithium UNS, Dr. Agus Purwanto,
mengungkapkan kepada wartawan, Rabu (25/6/14), pengembangan baterai
lithium "Smart-UNS" merupakan bagian dari proyek mobil listrik nasional
(Molinas).
UNS yang termasuk salah satu perguruan tinggi yang ditunjuk
pemerintah mengembangkan Molinas, mendapati sejumlah kelemahan pada
baterei lithium di pasaran.
“Kita sering mendengar ada baterei meledak dan usia pakainya pendek.
Hal itu menjadi kendala saat digunakan di Molinas. Melalui penelitian di
Laboratorium Kimia Dasar FT-UNS, tim mendapatkan material LiFePO4 yang
nenjadikan baterei lithium lebih aman, bisa memasok arus listrik besar
secara ajeg dalam jangka lama, tingkat keamanan tinggi dan tidak
meledak," ujar Dr. Agus.
Dalam penelitian selama dua tahun dan percobaan selama tiga bulan
penuh dengan berbagai kegagalan, tim akhirnya mampu membuat baterei yang
bisa diisi ulang atau di-charge sampai 3.000 kali. Sedangkan baterei
lithium pada umumnya hanya dapat diisi ulang maksimal 500 kali.
Dengan pengisian ulang selama tiga jam terus-menerus, baterei yang
merknya menggunakan nama Smart yang kepanjangannya "Sebelas Maret" dan
UNS itu dapat dipakai selama tiga jam non-stop.
"Baterei lithium buatan UNS ini sudah masuk fase spin-off, yaitu
dapat diproduksi massal. Sejauh ini belum ada perusahaan yang berminat,
sehingga kalau kami memproduksi akan menggunakan nama Smart-UNS
tersebut," jelasnya.
Dr. Agus Purwanto yang merupakan dosen program studi Teknik Kimia.
FT-UNS merencanakan membuat 1.000 baterei pada 2014 ini. Menurut dia,
kebutuhan baterei listrik untuk sepeda listrik dan kelak untuk Molinas
sangat besar. Dia menyebut, satu unit Molinas membutuhkan sebanyak 3.000
buah baterei lithium.
Menyinggung baterai lithium untuk Molinas yang berbentuk silinder,
Dr, Agus menjelaskan, bentuk tersebut relatif lebih aman dibanding yang
berbentuk kubus seperti aki. Baterei yang dirangkai akan lebih tahan
benturan dan tidak mudah rusak.
"Ukuran dimensi baterei lithium Smart-UNS adalah 18650 dan berat 30
gram. Ukuran itu sesuai dengan standar internasional, yakni diameter 18
milimeter dan tinggi 650 milimeter. Baterai lithium UNS merupakan yang
pertama di Indonesia, sebab selama ini di dalam negeri belum ada yang
memproduksi," katanya lagi.
Dalam produksi baterai lithium di UNS, kendala utamanya adalam bahan
baku lithium, tembaga dan aluminium yang harus impor dari Amerika atau
Tiongkok. Untuk menekan biaya produksi, tim FT-UNS tengah berupaya
mencari bahan pengganti di dalam negeri.
Berdasarkan perhitungan tim, biaya produksi sebuah baterei berkisar
Rp 10.000,- dan kalau di pasaran seharga Rp 50.000,-. Harga itu lebih
murah dibanding baterei sejenis yang seharga Rp 100.000,-.
Dr. Agus menambahkan, selain digunakan pada sepeda listrik dan
Molinas, baterei lithium Smart-UNS dapat dipakai pada peralatan gadget,
seperti laptop, powerbank, lampu senter dan lain-lain.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UNS, Prof.
Dr. Darsono, mengemukakan, penelitian baterai lithium UNS dibiayai dana
hibah dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) untuk mendukung
pengembangan Molinas.
“Proyek penelitian baterei di FT-UNS mendapat dana Rp 2 miliar dari
LPDP. Kemenristek menyatakan, karya tim UNS tersebut sudah saatnya
spin-off untuk menunjang pengadaan energi berkelanjutan. Dalam proyek
Molinas UNS memang kebagian pengembangan material body dan baterai,”
tuturnya
sumber pikiran-rakyat via Dikdo
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar