Perdana Menteri Bhutan,Tshering Tobgay, dilaporkan sedang membahas
impor Nissan LEAF beserta stasiun pengisi bahan bakarnya, dengan CEO
Renault-Nissan, Carlos Ghosn. Rencananya, Nissan LEAF akan menggantikan
kendaraan opersional pada Maret nanti.
Kebijakan Bhutan untuk ganti kendaraan operasional ini sangat masuk
akal. Pasalnya, listrik adalah komoditas ekspor utama negeri kecil itu.
Listrik, yang berasal dari pembangkit tenaga air, banyak diekspor ke
India. Duit hasil ekspor listrik justru dibelikan bahan bakar fosil buat
operasional transportasi. Tobgay berharap, jika konversi ini berjalan,
impor minyak mereka turun 70 persen.
Sebagian besar penduduk ibukota Thimpu mengandalkan 3.500 taksi
untuk transportasi sehari-hari, membuat konversi bahan bakar ini jadi
penting. Di Bhutan, impor mobil pribadi dilarang. Namun, mereka akan
memberi pengecualian untuk mobil listrik.
Di sejumlah kota di negara lain, mobil listrik Nissan LEAF juga
sudah digunakan untuk armada taksi. Tahun ini, New York, USA telah
mengoperasikan LEAF sebagai taksi. Taksi LEAF juga sudah beroperasi di
Sao Paulo (Brazil) , dan Osaka (Jepang).
Selain dengan Nissan, pemerintah Bhutan telah melakukan pembicaraan
dengan produsen mobil lainnya, termasuk Tesla Motors . Tobgay berharap
Thimpu akhirnya akan menjadi pusat penelitian dan pengembangan mobil
listrik.
sumber: tempo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar